Kamis, 23 Februari 2012
Sate landak
Selasa, 21 Februari 2012
Geliga Landak (gel atau jelly)
Endapan protein dan enzim dalam Geliga Landak yang berfungsi sebagai biokatalisator, penetralisir dan antibodi yang membentuk kekebalan organ tubuh. Enzim yang dimaksud bekerja sebagai ' shelter' dan sebagai penyaring semua unsur yang masuk dalam pencernaan, pernafasan dan penyerapan yang mendukung metabolisme tubuh. -- Ingat! Banyak penyakit yang bersumber dari makanana, udara dan penyerapan oleh klit --- Semua unsur yang mengancam kesehatan metabolisme tubuh akan diikat oleh enzim tersebut dan diubah menjadi protein yang sesuai metabolisme tubuh yang normal.
Apa Manfaat Geliga Landak?
Sebelum ada penelitian yang menyingkapkan tentang mengapa ada suku atau kalangan tertentu yang memanfaatkan Geliga, seringkali ada anggapan bahwa Geliga dianggap sebagai " jimat " yang dipakai untuk perdukunan yang mampu menyembuhkan penyakit-penyaki yang mematikan.
Namun, setelah pada akhir-akhir ini diadakan penelitian, baik berdasarkan penelitian medis, maka telah ditemukan bahwa Geliga, khususnya yang berasal dari hewan landak tua, berkhasiat secara meyakinkan dan terbukti mampu menyembuhkan beragam penyakit dalam yang mematikan -- kanker.
Geliga Landak adalah Obat yang dapat menyembuhkan:
1. Leukemia atau kanker darah
2. Kanker payudara
3. Tumor otak
4. Empedu.
5. Ginjal.
6. Kanker payudara
7. Lever
8. Ganguan sistem syaraf dan metabolisme
9. Flu tulang
Senin, 20 Februari 2012
caraku nangkap landak
berburu landak1
Setiap manusia pernah mengalami hidup di jaman kegelapannya masing-masing. Setiap kegelapan manusia, memiliki karakter gelap yang berbeda. Saya pernah hidup di jaman kegelapan itu. Jaman dimana kehidupan saya sangat dekat sekali dengan hutan di Gunung Malang.
Gunung Malang memang hutan yang penuh dengan kekayaan. Binatang, burung, buah-buahan dan segalanya ada. Di hutan inilah masa kegelapan saya dimulai.
Kegelapan seperti apakah? Mari kita uraikan sejenak ya.
Kegelapan dalam hal ini bukan sesuatu yang mengerikan, tetapi lebih ke kuliner, makanan yang mungkin tidak pernah orang atau Anda makan. Makanan apa itu?
Sebelum berlanjut, saya mau nanya aja sih, daging apa yang pernah Anda makan? Saya bisa menebak, palingan juga ayam, kambing, sapi dan babi. Ya kan? Yang muslim mungkin sebagian tidak suka babi. Yang batak mungkin ada tambahan ya, yaitu anjing.
Dari semua daging itu, saya tidak pernah makan anjing dan babi. Babi haram dan anjing najis. Hihihihi. Bukan itu alasannya. Anjing itu sahabat berburu dan babi adalah musuh penduduk di Gunung Malang. Musuh itu tidak boleh dimakan. Dijual saja ke kota. Oopps! Ini serius.
Saya mungkin salah satu dari sekian copywriter yang pernah memakan segala jenis daging. Kecuali anjing dan babi. Sekali lagi, itu tidak baik untuk dimakan. Terlalu unyu.
Pertama. Daging Landak. Daging landak ini sangat enak. Cara berburunya sederhana. Ketika bertemu landak di hutan, dia akan segera berlari ke lubangnya. Landak itu lubangnya ada dua. Lubang satunya untuk keluar, lubang satunya untuk masuk. Ketika dia masuk, maka carilah lubang satunya. Siapkan perangkap berupa kandang atau karung. Sementara lubang satunya kita gali. Landak yang terintimidasi akan segera kabur dan masuk ke perangkap. Selanjutnya, landak pun siap menjadi santapan segar. Seperti yang saya bilang tadi, daging landak itu ENAK, jenderal!
Kedua. Daging Trenggiling. Dagingnya tidak kalah enak dari daging Landak. Cuma daging ini kalau salah pengolahannya akan sedikit berbau semut. Waktu itu saya tidak begitu mengerti cara mengolahnya. Jadi, rasanya seperti makan daging semut, namun rasanya tetap nikmat. Cara berburunya segampang Landak. Apalagi Trenggiling ini kalau merasa terancam dia akan membuntal. Kalau sudah begitu ya tinggal tangkap saja. Gampang kan? Semudah itulah mendapatkan daging enak dan gratis di hutan Gunung Malang.
Lalu, daging apalagi yang enak dimakan di jaman kegelapan?
Oke! Ketiga ini daging dari bintang yang saat ini sedang dieluk-elukan tainya oleh kalangan menengah ke atas. Selain mengeluk-ngelukan, mereka juga membeli dan meminumnya tainya. Binatang apa ya? Ada yang tahu?
Dialah Careuh! Alias Musang! Alias Luwak! Si pemakan segala jenis buah-buahan. Salah satunya pemakan kopi. Karena dia pemakan buah-buahan (kadang katanya nyuri ayam), setahu saya Musang hanya memakan buah-buahan, maka rasanya daging musang ini begitu manis dan lezat! Dagingnya harum saat dipanggang di atas api kecil. Merah dan sangat menggugah selera.
Cara berburunya gampang. Musang ini keluarnya malam hari. Senjata untuk berburu cukup canggih, yaitu senapan angin dan senter. Berburunya di kebon pisang, kebon pohon-pohonan yang berbuah, kebon kopi dan kebon aren. Menemukan musang pada malam hari paling gampang. Tinggal menirukan teriakan ala musang, dia akan segera membalasnya. Dengan mengendap-ngendap kita menuju ke posisi musang. Biasanya dia sedang sibuk mengunyah buah-buahan di dahan pohon. Sorot matanya dan bidik dengan senapan pas bagian kepalanya. Dor! Musang pun jatuh dan langsung sembelih. Kuliti seperti menguliti kelinci. Dagingnya siap dipanggang dan bulunya siap digunakan untuk menakut-nakuti burung di sawah.
Wah! Semakin seru ya petualangan kuliner jaman kegelapan.
Sekarang, kita menuju ke buruan berikutnya. Buruan kali ini hewan lincah, lari cepat dan terkenal cerdik. Dialah Meuncak alias Si Kancil. Untuk mendapatkan daging kancil, saya hanya menunggu kebaikan para pemburu dewasa saja. Senapan mereka lebih besar ukuran pelurunya. Cukup untuk merubuhkan kancil, bahkan empunya babi sekali pun! Saya hanya tinggal menunggu para pemburu membagikan hasil buruannya. Dan daging kancil merupakan daging terlezat. Manis, gurih, renyah dikunyah, juicy di mulut dan sungguh bikin lidah nge-fly. Sayangnya, tidak gampang mendapatkan kancil. Para pemburu harus ekstra jeli dan hati-hati untuk mendapatkannya. Ini buruan paling gesit dan cerdik. Sedikit saja ada suara berisik, dia akan langsung lari kencang. Namanya juga Si Kancil ya.
berburu landak
Koordinator Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) BKSDA Sumbar, Rusdian Ritonga kepada Haluan Kamis (10/2), di Padang mengatakan, rusa dan kijang termasuk hewan yang dilindungi. Tetapi belakangan ini, cukup banyak jerat yang dipasang masyarakat untuk menangkapnya, jumlahnya ratusan buah. Bahkan jaraknya sangat berdekatan, setiap 20 meter terdapat jerat.
“Kami menemukan hampir di sepanjang kawasan suaka alam Bukit Barisan seperti di Solok (daerah Gantung Ciri, Koto Ilalang) lalu di Padang (kawasan Batu Busuk, Belimbing dan Lubuk Minturun) terdapat jerat rusa dan kijang. Jaraknya bahkan sangat berdekatan,” terang Rusdian.
Jerat yang cukup banyak ini dikhawatirkan juga akan mencelakai harimau. Satwa yang satu ini sudah banyak terluka bahkan sampai mati akibat dijerat penduduk. Menurut informasinya, masyarakat melakukan perburuan rusa dan kijang untuk dijual. Tetapi BKSDA Sumbar belum mengetahui di mana dipasarkan.
Rusa juga termasuk makanan harimau. Bila populasinya terus menurun karena diburu, tentunya si raja hutan juga akan kekurangan makanan.
Tak heran, bila suatu ketika harimau masuk kampung untuk mencari makan.
Aktifitas masyarakat lainnya yang dikhawatirkan BKSDA adalah berburu landak. Hewan ini juga dilindungi. Landak diburu karena bagian pencernaannya berupa geliga dapat dijadikan obat. Geliga landak ini banyak diminati dan merupakan barang ekspor.
“Kita sudah sosialisasikan kepada masyarakat dan instansi terkaot lainnya pada akhir tahun lalu, bahwa tidak boleh memburu landak,” katanya.
Proses hukum bagi pelaku
Pada bagian lain, Rusdian mengungkapkan praktek penangkapan macan dahan dan harimau pada 2 lokasi yang berbeda pada tahun 2011 silam.
Macan dahan ditangkap masyarakat Sijunjung. Tetapi pelaku berhasil ditangkap di Solok. Hanya saja macan dahan yang berhasil disita dari pelaku, tidak dapat diselamatkan. Sementara pelaku harus menjalani proses hukum.
Sedangkan pelaku yang menangkap dan menembak harimau hingga mati di kawasan Pasa Usang, Kabupaten Padang Pariaman, juga harus menjalani proses hukum. Dari 5 orang pelakunya, 3 orang diketahui melakukan penembakan terhadap si raja hutan.
“Kita tidak main-main dengan praktek penangkapan dan penembakan hewan yang dilindungi. Pelaku harus menjalani proses hukum,” tegas Rusdian.
Sementara kasus lainnya yang mencuat tahun lalu adalah perdagangan burung beo Mentawai. Beo Mentawai tidak termasuk hewan yang dilindungi. Hewan ini boleh diperdagangkan secara komersil dengan kuota tertentu.
Hanya saja, populasi Beo Mentawai kini terus menurun sehingga perlu dijaga kelestariannya. Dan pelaku saat ditangkap membawa sedikitnya 200 ekor Beo Mentawai.
“Pelakunya tidak kita ajukan ke pengadilan, tetapi kita lakukan pembinaan saja. Sementara burung beonya kita lepas di Taman Nasional Siberut,” kata Rusdian.
Penyu dilindungi
Kekhawatiran lain yang menyungkup BKSDA adalah penjualan telur penyu yang makin meluas. Padahal penyu termasuk hewan yang dilindungi. Tetapi masyarakat tidak mau memahaminya. Penjualan telur penyu secara bebas setiap bulannya mencapai 5.000 butir.
Menurut Rusdian, dari 1.000 ekor tukik yang menetas hanya 10 ekor yang mampu bertahan hingga dewasa. Sebab predator tukik atau penyu ini sangat banyak. Otomatis populasinya terancam kepunahan.
Berdasarkan hasil penelitian, telur penyu mengandung kolesterol 3 kali lipat dari telur ayam., Artinya, makan telur penyu sangat membahayakan kesehatan.
“Kita menghimbau agar masyarakat menyadarinya, tidak lagi mengkonsumsi telur penyu. Apalagi telur penyu mengandung kolestorol tinggi,” katanya
Minggu, 19 Februari 2012
Nattium for porcupine
a great amount of absorption. However, the high concentration of the other minerals in the colon indicated there was little absorption of potassium, calcium and phosphorus. In all hindgut fermenters, high levels of Na+, K+ and P++ are maintained throughout the cecum and colon, and are absorbed in the distal colon (Staaland, et al., 1995), which is true for the porcupine, as well. High levels of minerals in the cecum are important for fermentation. In most species, sodium concentrations remained approximately the same or increased through the small intestine, which is not the case with porcupines. Roze (1989) suggested that the higher concentration of sodium in the cecum might give evidence that porcupines have a sodium storage mechanism analogous to that found in the rumen fluid of moose at Isle Royale, as reported by Belovsky and Jordan (1981). This mechanism could be an adaptation to sodium-depleted environments, particularly in the winter, or as a way to offset the deleterious effects of excess potassium in the spring diet.
4. The porcupine's ability to masticate food into small particles may contribute to digestion, by increasing the surface area and further exposing particles to fermentation (Felicetti, et al., 2000).
5. Vispo and Hume (1995) suggested that the large distal colon in the porcupine was beneficial in water and possibly electrolyte resorption. This would be an ideal adaptation for a diet low in minerals, such as sodium, in order to maintain the necessary physiologic balance.
6. Metabolic fecal nitrogen (MFN) in herbivores ranges from 1-9 g. N/ kg dry matter intake (DMI) (Robbins, 1993), and is generally on the high end in animals consuming forage and high fiber. The MFN for porcupines is on the low end of normal (2.8g. N/ kg. DMI) (Felicetti, et al., 2000), but is consistent with that of leaf-eating marsupials consuming diets high in tannins (2.3 – 5.9g. N/kg. DMI) (Robbins, 1993). The ability to reduce MFN lowers the amount of protein required to meet metabolic needs, so is a benefit for animals on a low-protein diet.
One unique difference in the digestive tract of porcupines, not found in most other rodents, is the presence of a sixth lobe of the liver. A major function of the liver is detoxification. Porcupines also lack a gall bladder, although adults do possess a bile duct (Dodge, 1982). The adaptive importance of these modifications is unknown.
DIETARY PROTEIN, FAT AND FIBER
The winter diet is very low in protein and high in indigestible fiber. Feeding on the most nutritious plants or plant parts may ultimately determine survival until the more nutritious spring vegetation emerges. Gill and Cordes (1972) analyzed the crude protein and fiber content of Limber pine (Pinus flexilis), Lodgepole pine (Pinus contorta), Douglas fir (Pseudotsuga menziesii) and White spruce (Picea glauca) in their study site. Limber pine, which was the preferred food item, had the highest crude protein (CP) level (3.2%) and lowest fiber content (9.7%). Lodgepole pine, the least preferred species, had the lowest CP level (1.9%) and highest fiber content (24.3%). Limber pine also had a higher percentage of crude fat than the other species (12.7%). The conclusion was that porcupines exploited species with the highest protein and fat, and lowest fiber content available.
Stricklan, et al. (1995) compared nutrients of Gambel Oak (Quercus gambelii), white fir (Abies concolor) and Douglas fir (Pseudotsuga menziesii) in Utah. Gambel oak was preferred over the conifer species, even though the tannin level, which binds protein, was higher in oak. The conclusion was that even though the fiber content in oak was higher, it had a higher protein level
Feeding landak
American porcupine
Sabtu, 18 Februari 2012
settong umung
dilindungi atau tidak si landak
Landak atau dalam bahasa Inggris disebutPorcupine adalah nama untuk sejenis mamalia yang unik dengan bulu-bulu keras (biasa disebut duri) yang menutupi tubuh bagian atas mereka. Bulu Landak ini berfungsi sebagai alat pertahanan diri.
Terdapat puluhan jenis Landak di seluruh dunia. Indonesia saja, yang saya ketahui, memiliki sedikitnya 4 jenis landak. Dalam bahasa Indonesia ketiganya hanya dikenal dengan satu nama yaitu “Landak”. Padahal secara taksonomi merupakan spesies yang berbeda. Bahkan dalam bahasa Inggrispun disebut dengan nama yang berbeda. Keempat jenis landak tersebut adalah Malayan Porcupine (Hystrix brachyura), Sunda Porcupine (Hystrix javanica), Sumatran Porcupine (Hystrix sumatrae), dan Bornean Porcupine (Thecurus crassispinis).
Malayan Porcupine (Hystrix brachyura) adalah salah satu jenis Landak yang selain di Indonesia (Sumatera dan Kalimantan), dapat ditemui juga di Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Vietnam, Myanmar, Laos, China, Nepal, India, dan Banglades. Sedangkan ketiga jenis lainnya merupakan endemik. Sunda Porcupine (Hystrix javanica) endemik Jawa, Sumatran Porcupine (Hystrix sumatrae) endemik Sumatera, dan Bornean Porcupine(Thecurus crassispinis) endemik Kalimantan.
Pada umumnya seekor landak mampu berlalri kencang untuk menghindari pemangsa. Namun jika terdesak, Landak akan berhenti dan mendirikan bulu-bulunya yang menyerupai duri yang terdapat di klit bagian atas.
Landak membuat sarang dengan membuat lubang di dalam tanah dengan kedalaman sekitar 5 meter. Lubang ini terdiri beberapa cabang di dalam tanah yang mempunyai beberapa pintu keluar. Satu lubang (berukuran lebih besar) menjadi pintu masuk utama dan beberapa lubang (berukuran lebih kecil) sebagai pintu keluar.
Keempat spesies Landak ini, oleh IUCN Redlist dimasukkan dalam kategori LC (Least Concent atau Resiko Rendah) yang artinya spesies landak ini belum terancam kepunahan. Namun status Least Concent bisa juga diberikan kepada spesies-spesies yang belum dievaluasi kembali sejak tahun 2001.
Yang membuat ku bingung, Bahasa Indonesia hanya mengenal satu nama yaitu “Landak” untuk menyebutkan keempat spesies Landak ini (atau mungkin saya yang kurang menguasai bahasa Indonesia?). Malaysia saja menyebut Hystrix brachyurasebagai “Landak Raya” untuk membedakan dengan dua spesies landak lainnya yang mereka punyai yaitu “Landak Padi” untuk menyebut Trichys fasciculata dan “Landak Nibung” (Atherurus macrourus).
Tambah bingung lagi ketika melihat PP No. 7 Tahun 1999 yang hanya memasukkan spesies Hystrix brachyura sebagai satwa yang dilindungi. Sedangkan ketiga jenis lainnya Sunda Porcupine (Hystrix javanica), Sumatran Porcupine (Hystrix sumatrae), dan Bornean Porcupine(Thecurus crassispinis) tidak masuk sebagai spesies yang dilindungi. Padahal ketiganya merupakan satwa endemik yang mempunyai resiko kepunahan lebih tinggi.
Logika saya, semoga keliru, memberikan nama saja tidak bisa bagaimana memberikan perlindungan?. Bahkan satu nama memiriskan yang saya kenal; Sate Landak, salah satu kuliner di Tawangwangu!
sate landak
Malah, sebagian orang meyakini daging binatang hutan itu memiliki khasiat untuk penyembuh sakit asma dan hati. Bahkan konon ekornya bisa untuk menambah vitalitas pria alias sebagai obat kuat.
Karena itu selama Lebaran ini, sate landak menjadi salah satu menu yang diburu oleh para pemudik, khususnya yang datang dari Jakarta dan kota besar lainnya. Mereka membawa keluarga untuk menikmati suasana hawa sejuk objek wisata tersebut, sekaligus menikmati lezatnya sate landak.
Adalah Sukatno, pemilik rumah makan di Nglebak, Tawangmangu, yang menjadi pemula dalam pengembangan sate landak. Jika hari-hari biasa dia hanya menyembelih paling banyak 3-5 ekor, saat Lebaran ini bisa rata-rata 8 ekor landak.
”Jika dibakar matang, disajikan dengan bumbu kacang seperti sate ayam, wah, sedap. Gurih, dan empuk,” kata Lisna dan Nurul, pemudik dari Kranji, Bekasi.
Dia mengetahui keberadaan sate landak ini setelah melihat tayangan televisi, juga membaca surat kabar yang memuat kekhasan kuliner di Tawangmangu ini.
Pernah Diteliti
Sukatno mengatakan, awalnya dia hanya mencoba-coba. Selama ini tidak banyak yang mau menyantap daging landak, kendati ada satu atau dua orang warga Tawangmangu yang sudah biasa menyembelih binatang tersebut.
Banyak landak yang hidup di kebun di lereng bukit. ”Dua tahun lalu kami mencoba membuka sate landak dan dipasarkan secara umum. Ternyata dengan olahan khusus, sate ini tidak kalah lezat dengan sate kelinci dan ayam.”
Dari mulut ke mulut, keberadaan restoran khusus sate landak di dekat Polsek Tawangmangu, ke arah jurusan Matesih, mulai dikenal masyarakat. LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) UNS di bawah bimbingan Prof DR Handayani pun turun tangan memberikan bantuan.
”Ada daging yang diteliti kandungannya. Ternyata kolesterolnya nol alias bebas kolesterol. Juga ada kandungan penguat stamina dan obat asma. Nah, lengkaplah sudah kelezatan sate landak ini, sehingga semakin terkenal. Apalagi Museum Rekor Indonesia (MURI) dan Republik Aeng-aeng juga memberi penghargaan.
dayak kalimantan
Landak 3
Hystrix javanica
Porcupine. Oh u r excellence
Landak ku
Obat kantong empedu landak.
Kantong landak
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Rodentidae
Genus : Hystrix
Spesies : Hystrix javanicus
Deskripsi: Hystrix javanicus merupakan anggota dari kelas mammalia karena memiliki glandula mamae untuk menyusui anaknya. Hystrix javanicus memiliki nama lokal yaitu landak. Tubuh terdiri dari caput, truncus, dan caudal. Tubuh tertutup oleh rambut. Memiliki kumis sebagai indera peraba. Memiliki ekstrimitas anterior dan posterior. Ukuran dari kaki anterior lebih pendek dari yang posterior. Memiliki alat proteksi diri yaitu rambutnya akan menjadi tajam seperti duri saat dalam keadaan terdesak. Makanannya sayur-sayuran dan buah. Habitat di darat terutama di alam bebas. Fertilisai internal dan bersifat diocues. Berkembang biak dengan vivipar yaitu beranak.
Sistem pencernaan ada kelenjar ludah, terdapat sepasang kantung empedu, saluran getah pankreas, secceum dan apendiks. Sistem respirasi yaitu bernapas dengan hidung yang mengandung tulang-tulang turbinal. Sistem repeoduksi secara internal yaitu pembuahan terjadi di dalam tubuh dari embrio. Bersifat dioceus yaitu alat kelamin jantan dan betina terpisah. Terdapat tulang genital untuk pengeluaran dan kopulasi. Sistem ekskresi dengan memiliki sepasang ginjal. hasil ekskret dikeluarkan melalui anus atau penis.
Jumat, 17 Februari 2012
i eat medicine made from animal
Insects used Chinese medicine include pulverized weaver ants for asthma, powered cockroaches for stroke and silkworm feces for typhus. Dried cicadas are boiled in a soup to improve eyesight. Bee venom, honey and other bee products have been used for centuries by as folk remedies in China. Black scorpions sell for $12 a pound.
Dragon bones, actually ancient human and animal bones, play a significant role in Chinese culture. In the past they were prized for their medicinal qualities and used to treat malaria and other diseases. Now they are treasured not only by paleo-anthropologists but also by nationalists seeking to prove the biological continuity and singularity of the Chinese people.
organ dalam binatang tsb
Nilai Obat dari organ Binatang
Batu Empedu
Deskripsi
Sebuah laporan mendalam mengenai penyebab, diagnosis, pengobatan, dan pencegahan batu empedu.
Alternatif Nama
Cholecystitis; choledocholithiasis; empedu batu saluran
Gejala:
Sekitar 90% batu empedu tidak menimbulkan gejala. Ada kesempatan yang sangat kecil (2%) rasa sakit berkembang selama 10 tahun pertama setelah bentuk batu empedu. Setelah 10 tahun, kesempatan untuk mengembangkan gejala penurunan . Rata-rata, gejala memakan waktu sekitar 8 tahun untuk berkembang. Alasan penurunan gejala setelah 10 tahun tidak diketahui, meskipun beberapa dokter menyarankan bahwa "lebih muda," batu kecil mungkin lebih mungkin menyebabkan gejala dari yang lebih besar, yang lebih tua. Penyakit kandung empedu Acalculous sering akan menyebabkan gejala mirip dengan batu kandung empedu.
Bilier Nyeri atau kolik
Gejala yang paling ringan dan paling umum dari penyakit kandung empedu adalah nyeri intermiten yang disebut kolik empedu , yang terjadi baik di bagian tengah atau sebelah kanan dari perut bagian atas. Gejala mungkin cukup spesifik. Sebuah serangan khas memiliki beberapa fitur:
- Gejala utama biasanya sakit mencengkeram atau menggerogoti mantap di perut bagian kanan atas dekat tulang rusuk, yang dapat menjadi parah dan memancarkan bisa untuk punggung atas. Beberapa pasien dengan kolik bilier mengalami nyeri di belakang tulang dada.
- Mual atau muntah dapat terjadi.
- Mengubah posisi, mengambil over-the-counter obat penghilang rasa sakit, dan buang gas tidak meringankan gejala.
- Kolik bilier biasanya menghilang setelah 1 sampai beberapa jam. Jika tetap ada di balik titik ini, kolesistitis akut atau kondisi yang lebih serius mungkin ada.
- Episode biasanya terjadi pada saat yang sama dari hari, tapi lebih jarang dari sekali seminggu. Makan besar atau lemak dapat memicu rasa sakit, tetapi biasanya terjadi beberapa jam setelah makan dan sering membangunkan pasien pada malam hari.
- Kondisi ini sering kembali, tapi serangan bisa tahun terpisah.
Pencernaan keluhan seperti bersendawa, merasa luar biasa penuh setelah makan, kembung, mulas (pembakaran perasaan di balik tulang dada), atau regurgitasi (asam back-up dalam pipa makanan) yang tidak mungkin disebabkan oleh penyakit kandung empedu. Kondisi yang dapat menyebabkan gejala-gejala termasuk ulkus peptikum, penyakit gastroesophageal refluks, atau gangguan pencernaan yang penyebabnya tidak diketahui. [Untuk informasi lebih lanjut, lihat In-Depth Laporan # 19 ulkus peptikum dan In-Depth Laporan # 85 Gastroesophageal reflux disease .]
Gejala Radang Kandung empedu (Kolesistitis Calculous dan Acalculous akut)
Antara 1 dan 3% orang dengan batu empedu simtomatik mengembangkan peradangan pada kandung empedu ( kolesistitis akut ), yang terjadi ketika batu atau lumpur memblokir saluran. Gejala yang mirip dengan kolik bilier tetapi lebih gigih dan berat. Mereka meliputi:
- Nyeri pada perut kanan atas yang parah dan konstan, dan dapat berlangsung selama berhari-hari. Nyeri sering meningkat ketika menggambar napas.
- Nyeri juga bisa menjalar ke punggung atau terjadi di bawah tulang belikat, di belakang tulang dada, atau di sisi kiri.
- Sekitar sepertiga pasien mengalami demam dan menggigil.
- Mual dan muntah dapat terjadi.
Siapa pun yang mengalami gejala ini harus mencari bantuan medis. kolesistitis akut dapat berkembang menjadi gangren atau perforasi kandung empedu jika tidak ditangani. Infeksi terjadi pada sekitar 20% pasien dengan kolesistitis akut, dan meningkatkan bahaya dari kondisi ini. Penderita diabetes berisiko khusus untuk komplikasi serius.
Gejala Kolesistitis kronis atau kantong empedu Disfungsional
Penyakit kronis kandung empedu (kolesistitis kronis) melibatkan batu empedu dan peradangan ringan. Dalam kasus seperti kantong empedu dapat menjadi bekas luka dan kaku. Gejala penyakit kandung empedu kronis meliputi:
- Keluhan gas, mual, dan perut tidak nyaman setelah makan, ini adalah gejala yang paling umum, tetapi mereka mungkin tidak jelas dan sulit dibedakan dengan keluhan yang sama pada orang yang tidak memiliki penyakit kandung empedu.
- Diare kronis (4 - 10 buang air besar setiap hari selama minimal 3 bulan).
Gejala Batu Empedu Duct dalam Umum (choledocholithiasis)
Batu bersarang di saluran empedu dapat menyebabkan gejala yang mirip dengan yang dihasilkan oleh batu yang bersarang pada kandung empedu, tetapi mereka juga dapat menyebabkan gejala berikut:
- Penyakit kuning (kulit kekuningan)
- Gelap urin, tinja lebih ringan, atau keduanya
- Cepat detak jantung dan penurunan tekanan darah tiba-tiba
- Demam, menggigil, mual dan muntah, dan nyeri hebat di perut kanan atas. Gejala ini menunjukkan infeksi di saluran empedu (disebut cholangitis).
Seperti pada kolesistitis akut, pasien yang memiliki gejala-gejala ini harus mencari bantuan medis dengan segera. Mereka mungkin memerlukan perawatan darurat.
Batu Bezoar
Minggu, 12 Februari 2012
Batu landak Dari perut landak.
Bezoar stones were first documented in a western publication of a four-volume catalogue entitled, Albertus Seba’s Cabinet of Natural Curiosities: Locupletissimi Rerum Naturalium Thesauri Accurata Descriptio.
Albertus Seba (1665-1736) was a Dutch pharmacist, zoologist and natural specimens collector. The thesaurus shows illustrations of his entire collections – from strange and exotic plants to snakes, frogs, crocodiles, shellfish, corals, insects, butterflies and more, as well as fantastic beasts, such as a hydra and a dragon.
In a modern reprint of the thesaurus, there is a mention in the notes section:
“Since ancient times, stones taken from particular animals were considered to possess magical and medical powers. In Seba’s day bezoars were extraordinary popular. These stones formed from hairs that had accumulated and gummed together in the stomachs of ruminants. In a broader sense other stones taken from animals are likewise termed bezoars.”